Wisata Pulau Penyengat Melihat Perjuangan Kerajaan Melayu Serta Foto Masjid Raya Sultan Riau

Wisata Pulau Penyengat Melihat Kembali Perjuangan Kerajaan Melayu Riau
wahok-foto busana putra putri melayu

Di sini, di sebelah barat daya Kota Tanjungpinang, tempat dulu para pelaut singgah, sebuah objek wisata terpampang di depan mata: Pulau Penyengat. Pulau ini menyimpan kekayaan budaya dan peninggalan sejarah. Pulau ini menebarkan keindahan dengan pantai dan bukit-bukitnya.

Luas Pulau Penyengat hanya 3,5 kilometer. Pulau ini berbukit-bukit, tanahnya terdiri dari pasir bercampur kerikil, sedangkan pantainya landai, berlumpur dan diselingi dengan batu karang. Di antara Pulau Penyengat dan Tanjungpinang terdapat selat yang lebarnya sekitar 1,5 kilometer yang dapat dilewati dengan perahu atau kapal motor yang biasa disebut pompong.

Dahulu, pulau yang berhadapan dengan kuala Sungai Riau ini selalu menjadi tempat pemberhentian para pelaut yang lewat di kawasan ini, terutama untuk mengambil air tawar. Konon, suatu ketika, para pelaut yang sedang mengambil air diserang oleh sejenis lebah yang disebut penyengat. Jatuh korban jiwa. Karena itu, serangga itu dianggap sakti. Sejak itulah pulau ini dinamakan Pulau Penyengat Indra Sakti, dan selanjutnya lebih dikenal Penyengat saja sampai sekarang.

Baca Juga:
Wisata Pulau Penyengat Melihat Kembali Perjuangan Kerajaan Melayu Riau
Pulau ini menjadi saksi sejarah. Sejarah mencatat, selama berkecamuknya peperangan antara Kerajaan Riau dengan Belanda (1782-1794 M), Pulau Penyengat dijadikan kubu penting. Raja Haji Yang Dipertuan Muda Riau IV (termashyur dengan gelar Raja Haji Syahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang) yang memimpin peperangan dengan Belanda, mendirikan kubu-kubu pertahanan Kerajaan Riau di Penyengat, yakni di Bukit Penggawa, Bukit Tengah, dan Bukit Kursi. Benteng-benteng ini diperlengkapi pula dengan meriam-meriam dalam berbagai ukuran.

Di zaman pemerintahan Sultan Mahmud Syah (1761-1812 M), ketika beliau menikah dengan Engku Putri binti Raja Haji Syahid Fisabilillah sekitar tahun 1801 M, pulau ini diserahkan kepada permaisurinya sebagai mahar atau mas kawinnya. Karena peranan Pulau Penyengat amat penting di dalam kesejarahan Kerajaan Riau itulah, maka pulau yang relatif amat kecil itu menjadi terkenal dan menarik minat orang. Apalagi, selain masih terdapat gudang mesiu, benteng, dan parit pertahanan serta lain-lainnya, di Pulau Penyengat ini masih terdapat benda-benda peninggalan sejarah masa silam.
Wisata Pulau Penyengat Melihat Kembali Perjuangan Kerajaan Melayu Riau
Masjid Raya Sultan Riau, Penyengat, Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, Indonesia via @hendrasadri

Di sini terdapat peninggalan Kerajaan Melayu Riau-Lingga berupa sisa bangunan Istana Sultan Riau-Lingga, makam Raja Ali Haji Pujangga Melayu Riau yang terkenal dengan Gurindamnya, Di dalam Masjid Raya Pulau Penyengat yang dibangun pada 1882, juga masih terdapat beberapa koleksi peninggalan sejarah seperti Kitab suci Al-Quran yang ditulis tangan dan mimbar antik penuh ukiran.

Kalau Anda ingin yang lebih menyegarkan, tentu, pandangan mata bisa dilaihkan ke objek lain yang lebih menarik. Di sini terdapat pemdangan alam yang cukup indah, baik di pantai maupun di bukit-bukit. Anda bisa pula menyaksikan perkampungan tradisional penduduk, Balai Adat, dan atraksi kesenian.

Pulau Penyengat tak sulit dijangkau. Jaraknya yang dekat dengan Kota Tanjungpinang serta sarana perhubungan yang lancar, memberi kemudahan bagi Anda untuk mengunjunginya.

Terimakasih Telah Baca Postingan Wisata Pulau Penyengat Melihat Perjuangan Kerajaan Melayu Serta Foto Masjid Raya Sultan Riau, Semoga Bisa Berguna Dan ber-manfaat, Baca Juga Postingan Terbaru Admin Yaitu Foto: Tempat Wisata Goa Rong View Semarang Tlogo Tuntang Keindahan Surgawi Jawa Tengah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

32 Foto Romantis Mulai Pelukan Sambil Selfie Dan Ciuman, Ucapkan I Love You, Pasti Menyentuh Banget

10 Foto & Video Paling HOT Dj Putri Una Asal Indonesia Fakta Cewek Asal Medan ini Suka Pakai Bikini

19 Contoh TATO Di Jari Tangan Simple, Asli Keren Dan Manis Bagaikan Cincin